MUHARRAM AWAL TAHUN BARU ISLAM, BENARKAH?

MUHARRAM AWAL TAHUN BARU ISLAM, BENARKAH?
Share

Oleh: Ust Ali As-Shofi

9. At-Taubah : 36

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah sebagaimana dijelaskan dalam hadist nabi saw berikut:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)

Kata Muharram artinya “dilarang”. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Kemudian ketika Islam datang kemuliaan bulan haram ditetapkan dan dipertahankan. Karena kemuliaan yang ada pada bulan ini maka Ibnu Abbas ketika menjelaskan tentan firman Allah :

فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

maka janganlah kamu menzalimi diri sendiri pada bulan-bulan haram.

Bahkan disebutkan dalam sebuah  hadits bahwa bermaksiat pada bulan haram maka dosanya akan dilipatgandakan begitupula dengan perbuatan baik.((Lathaiful Ma’arif: 207).

Muharram adalah bulan pertama dalam hitungan kalender Islam, atau lebih terkenal dengan "tahun Hijriah". Berbeda dengan tahun Masehi yang dihitung berdasarkan perputaran Bumi terhadap Matahari, tahun Hijriah dihitung berdasarkan perputaran Bulan terhadap Bumi. Satu bulan terdiri atas 29 atau 30 hari, dan satu tahun terdiri atas 12 bulan.

Sesuai dengan namanya, Hijriyah yang berarti hijrah atau berpindah, hitungan "1" kalender Islam dimulai ketika Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah.

Namun benarkah awal mula hijrahnya Rasul pada tanggal satu muharram..sehingga satu muharram layak dianggap sebagai tahun baru hijriyah?

Mari kita lihat dalam sejarah :

قال البخاري: حدثنا مطر بن الفضل، ثنا روح، ثنا هشام ، ثنا عكرمة عن ابن عباس.قال: بعث النبي صلى الله عليه وسلم لاربعين سنة، فمكث فيها  ثلاث عشرة يوحى إليه، ثم أمر بالهجرة فهاجر عشر سنين، ومات وهو ابن ثلاث وستين سنة. وقد

كانت هجرته عليه السلام في شهر ربيع الاول سنة ثلاث عشرة من بعثته عليه السلام.

Al Bukhari berkata : telah menceritakan kepadaku Mathar bin Al Fadhli, telah menceritakan kepadaku rauh, telah menceritakan kepadaku Hisyam, telah menceritakan kepadaku ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata :َ

Nabi SAW diutus Umur 40 tahun, beliau menetap di Makkah selama 13 Tahun, kemudian beliau diperintahkan berhijrah, lalu hijrah selama 10 tahun, dan beliau wafat pada saat berumur 63 tahun. Hijrah Beliau saw benar-benar terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-13 dari diutusnya beliau as. (Musnad ahmad, I h.236, Shahih al-Bukhari, III h.1398)

Dalam Fathul bari 7/208 disebutkan:

روي عن الزهري: من أن رسول الله(صلى الله عليه وآله) لما قدم المدينة مهاجراً أمر بالتأريخ، فكتب في ربيع الأول (فتح الباري 7: 208، إرشاد الساري 6: 233، التنبيه والاشراف: 252).

Diriwayatkan dari az-Zuhri: ketika Rasulullah Saw tiba ke kota Madinah lalu beliau memerintahkan untuk membuat penanggalan, lalu ditentukanlah bulan roboul awal (sebagai awal tahun baru Islam)

Ibnu Katsir juga mengatakan:

قال ابن كثير : وحكى السهيلي وغيره عن الإمام مالك أنه قال: أول السنة الإسلامية ربيع الأول لأنه الشهر الذي هاجر فيه رسول الله صلى الله عليه وسلم

وقد استدل السهيلي على ذلك في موضع آخر بقوله تعالى: (لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ) أي من أول يوم حلول النبي صلى الله عليه وسلم المدينة.

Suhaili menukil dari Imam Malik :"Awal tahun dalam Islam itu adalah pada bulan robiul awwal, karena pada bulan tersebut Rasul berhijrah dari Mekah ke Madinah".

Suhaili berdalil dengan sebuah ayat "Masjid Yang dibangun atas dasar ketakwaan pada hari pertama" (at-Taubah 108).. yang dimaksud adalah hari pertama kedatangan Rasul ke kota Madinah.

Begitupula yang dikatakan Ibnu Hisyam dalam sirahnya dan Ibnu Sa'ad dalam thobaqotnya.

Dalam catatan sejarah diatas sangat  jelas sekali bahwa tahun baru itu pada bulan rabiul awwal


AWAL MULA PENENTUAN 1 MUHARRAM SEBAGAI TAHUN BARU

قال محمد بن سيرين: قام رجل إلى عمر فقال: أرّخوا، فقال عمر: ما أرّخوا؟ فقال: شيء تفعله الأعاجم في شهر كذا من سنة كذا، فقال عمر: حسن، فأرّخوا، فاتفقوا على الهجرة ثم قالوا: من أي الشهور؟ فقالوا: من رمضان، ثمّ قالوا: فالمحرم هو منصرف الناس من حجهم وهو شهر حرام، فأجمعوا عليه.

Muhammad bin Sirin berkata,”Seseorang mengusulkan kepada Umar agar membuat penanggalan, lalu umar menyetujuinya, para sahabat bersepakat bahwa penanggalan dimulai pada hari hijrahnya Rasulullah dari MEkah ke MAdinah, namun akhirnya keputusan diubah dan menjadikan Muharram sebagai awal tahun baru dengan alasan karena pada bulan itu orang-orang baru saja pulang dari melaksanakan haji. (Ibnu Atsir,KAmil fitttarikh).

Jelas ini adalah pelanggaran dari apa yg telah ditetapkan oleh Rasulullah saw karena Rasulullah saw telah menetapkan bulan robiul awwal sebagai bulan pertama dalam kalender Islam. Dan jelas penetapan bulan Muharram sebagai tahun baru Islam karena bertepatan dengan peristiwa hijrah nabi saw juga berlawanan dengan fakta sejarah yg ditulis oleh hampir seluruh sejarawan Muslim.

Dalam bulan Muharram ini juga ada sebuah tradisi berpuasa, dan yg mendasari hal tersebut adalah beberapa hadits lemah seputar Muharram:

1. Hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, beliau berkata :

“Rasulullah Saw bersabda :

صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا

“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyuro` dan selisihilah orang-orang Yahudi padanya, (yaitu) berpuasalah kalian sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”.

Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad (1/399/2155), Ibnu Khuzaimah dalam Shohihnya (3/290-291/2095) dan Al-Baihaqy (4/287) dari jalur Ibnu Abi Laila dari Daud bin ‘Ali dari ayahnya dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma dari Nabi saw secara marfu’ .

Berkata Asy-Syaukany setelah membawakan hadits ini: “Riwayat ini dho’if (lemah) mungkar ”.

Ini dikarenakan dalam sanad nya ada seorang yang bernama ibnu Abi Laila yang dia ini bernama lengkap Muhammad bin ‘Abdirrahman ibnu Abi Laila adalah seorang rowi yang lemah haditsnya. Berkata Al-Hafizh dalam At-Taqrib : Shoduqun sayyi`ul hifzhi jiddan (Jujur tapi jelek sekali hafalannya).

Hadits kedua

Juga dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : “Rasulullah saw bersabda :

وَمَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلاَثُوْنَ يَوْمٍ

“… dan barangsiapa yang berpuasa satu hari di bulan Muharram maka baginya dari setiap hari (bagaikan berpuasa) 30 hari”.

Dikeluarkan oleh Ath-Thobarony dalam Mu’jam Ash-Shoghir (2/164/963) dari jalan Muhammad bin Rozin Jami’ul Mishr dari Al-Haitsam bin Habib dari Sallam Ath-Thowil dari Hamzah Az-Zayyat dari Laits bin Abi Sulaim dari Mujahid dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma.

Berkata Syaikh Al-Albany : “Ini adalah hadits maudhu’ (palsu), dalam sanadnya ada rowi yang bernama (1)Sallam Ath-Thowil dan dia adalah pendusta, (2) Laits bin Abi Sulaim bercampur hafalannya serta Al-Haitsam bin Habib yang dianggap pendusta oleh Imam Adz-Dzahaby”. Lihat Dho’if At-Targhib wat Tarhib 1/312 no. 615.

3. Masih dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : “Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda :

Hadits ketiga

لَيْسَ لِيَوْمٍ فَضْلٌ عَلَى يَوْمٍ فِي الصِّيَامِ إِلاَّ شَهْرُ رَمَضَانَ وَيَوْمُ عَاشُوْرَاءَ

“Tidak ada satu haripun yang memiliki keutamaan atas hari-hari yang lainnya dalam hal berpuasa kecuali bulan Ramadhan dan hari ‘Asyuro`”.

Diriwayatkan oleh Ath-Thobarony (11/127/11253) dan di dalam sanadnya terdapat ‘Abdul Jabbar ibnul Ward yang dikatakan oleh Imam Al-Bukhory : “Dia menyelisihi pada sebagian hadits-haditsnya” dan berkata Ibnu Hibban : “Dia sering salah dan wahm. Dan hadits ini dihukumi sebagai hadits yang mungkar oleh Syaikh Al-Albany sebagaimana bisa dilihat dalam Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah (1/453-455 no. 285).

Diantara hadits yang mereka palsukan atas nama Nabi saw ialah sebagaimana berikut:

قال ابن الجوزي : حدثنا أبو الفضل محمد بن ناصر من لفظه وكتابه مرتين قال أنبأنا أحمد بن الحسين بن قريش أنبأنا أبو طالب محمد بن على ابن الفتح العشارى، وقرأت على أبى القاسم الحريري عن أبى طالب العشارى حدثنا أبو بكر أحمد بن منصور البرسرى حدثنا أبو بكر أحمد بن سليمان النجاد حدثنا إبراهيم الحربى حدثنا سريح بن النعمان حدثنا ابن أبى الزناد عن أبيه عن الاعرج عن أبى هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” إن الله عز وجل افترض على بنى إسرائيل صوم يوم في السنة يوم عاشوراء وهو اليوم العاشر من المحرم، فصوموه ووسعوا على أهليكم فيه، فإنه من وسع على أهله من ماله يوم عاشوراء وسع عليه سائر سنته، فصوموه فإنه اليوم الذى تاب الله فيه على آدم، وهو اليوم الذى رفع الله فيه إدريس مكانا عليا، وهو اليوم الذى نجى فيه إبراهيم من النار، وهو اليوم الذى أخرج فيه نوحا من السفينة، وهو اليوم الذى أنزل الله فيه التوراة على موسى، وفيه فدى الله إسماعيل من الذبح، وهو اليوم الذى أخرج الله يوسف من السجن، وهو اليوم الذى رد الله على يعقوب بصره، وهو اليوم الذى كشف الله فيه عن أيوب البلاء، وهو اليوم الذى أخرج الله فيه يونس من بطن الحوت، وهو اليوم الذى فلق الله فيه البحر لبنى إسرائيل، وهو اليوم الذى غفر الله لمحمد ذنبه ما تقدم وما تأخر، وفى هذا اليوم عبر موسى البحر، وفى هذا اليوم أنزل الله تعالى التوبة على قوم يونس، فمن صام هذا اليوم كانت له كفارة أربعين سنة، وأول يوم خلق الله من الدنيا يوم عاشوراء، وأول مطر نزل من السماء يوم عاشوراء، وأول رحمة نزلت يوم عاشوراء، فمن صام يوم عاشوراء فكأنما صام الدهر كله، وهو صوم الانبياء، ومن أحيا ليلة عاشوراء فكأنما عبدالله تعالى مثل عبادة أهل السموات السبع، ومن صلى أربع ركعات يقرأ في كل ركعة الحمد مرة وخمسين مرة قل هو الله أحد غفر الله خمسين عاما ماض وخمسين عاما مستقبل وبنى له في الملا الاعلى ألف ألف منبر من نور، ومن سقى شربة من ماء فكأنما لم يعص الله طرفة عين، ومن أشبع أهل بيت مساكين يوم عاشوراء، مر على الصراط كالبرق الخاطف. ومن تصدق بصدقة يوم عاشوراء فكأنما لم يرد سائلا قط، ومن اغتسل يوم عاشوراء لم يمرض مرضا إلا مرض الموت، ومن اكتحل يوم عاشوراء لم ترمد عينيه تلك السنة كلها، ومن أمر يده على رأس يتيم فكأنما بر يتامى ولد آدم كلهم، ومن صام يوم عاشوراء أعطى ثواب عشرة ألف ملك، ومن صام يوم عاشوراء أعطى ثواب ألف حاج ومعتمر، ومن صام يوم عاشوراء أعطى ثواب ألف شهيد، ومن صام يوم عاشوراء كتب له أجر سبع سموات وفين خلق الله السموات و الارضين والجبال والبحار، وخلق العرش يوم عاشوراء، وخلق القلم يوم عاشوراء، وخلق اللوج يوم عاشوراء، وخلق جبريل يوم عاشوراء، ورفع عيسى يوم عاشوراء، وأعطى سليمان الملك يوم عاشوراء، ويوم القيامة يوم عاشوراء، ومن عاد مريضا يوم عاشوراء فكأنما عاد مرضى ولد آدم كلهم “.

Ibnul Jauzi berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Fadhl Muhammad bin Nashir dari lafazh (lisan) dan kitab beliau sebanyak dua kali, ia berkata; telah memberitahukan kepada kami Ahmad bin Al-Husain bin Quraisy, ia berkata; telah memberitahukan kepada kami Abu Tholib Muhammad bin Ali bin Al-Fath Al-‘Usyari, dan aku telah membacakan (hadits-hadits) di hadapan Abu Al-Qosim Al-Hariri, dari Abu Tholib Al-‘Usyari, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin Manshur Al-Barsari, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin Sulaiman An-Najjad, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Ibrahim Al-Harbi, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Suraih bin An-Nu’man, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Az-Zinad, dari ayahnya, dari Al-A’roj, dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa jalla telah mewajibkan kepada Bani Israil puasa satu hari dalam setahun, hari ‘Asyura’, yaitu hari kesepuluh dari bulan Muharrom. Oleh karena itu, hendaklah kalian berpuasa ‘Asyura dan lapangkanlah nafkah kalian terhadap keluarga kalian pada hari itu, karena sesungguhnya barangsiapa melapangkan nafkah kepada keluarganya dari harta bendanya pada hari ‘Asyura, niscaya Allah akan melapangkan rezekinya sepanjang tahun. Lakukanlah puasa Asyura’, karena pada hari itu Allah menerima taubat nabi Adam, mengangkat nabi Idris pada tempat/kedudukan yang tinggi, menyelamatkan nabi Ibrahim dari kobaran api, mengeluarkan nabi Nuh dari kapalnya, menurunkan kitab Taurat kepada nabi Musa, memberikan tebusan bagi nabi Ismail dari penyembelihan, mengeluarkan nabi Yusuf dari penjara, mengembalikan mata penglihatan nabi Ya’qub, membebaskan nabi Ayub dari bencana (penyakit), mengeluarkan nabi Yunus dari perut ikan paus/hiu, membelah lautan menjadi daratan bagi bani Israil, mengampuni dosa-dosa nabi Muhammad yang telah lalu maupun yang akan datang. Pada hari (Asyura’) itu juga nabi musa menyeberangi lautan, Allah menurunkan taubat kepada kaum nabi Yunus. Maka barangsiapa berpuasa pada hari Asyura’, ia akan memperoleh penghapusan dosa selama 40 (empat puluh) tahun. Hari Asyura’ adalah hari pertama yang Allah ciptakan dari (hari-hari) dunia. Pada hari Asyura’, Allah menurunkan hujan dari langit untuk pertama kalinya, dan pada hari itu juga pertama kali rahmat Allah turun (ke dunia). Barangsiapa berpuasa Asyura’, maka seakan-akan ia berpuasa sepanjang tahun. Puasa Asyura’ adalah puasanya para nabi. Dan barangsiapa menghidupkan malam Asyura’ maka seakan-akan ia beribadah kepada Allah seperti ibadahnya para penghuni tujuh langit. Barangsiapa sholat empat rokaat dan pada setiap rokaat ia membaca alhamdu (al-Fatihah) sekali dan Qul Huwallah (al-Ikhlas) 50 (lima puluh) kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya selama 50 (lima puluh) tahun yang lalu dan 50 (lima puluh) tahun yang akan datang, dan Allah akan membuatkan baginya satu juta mimbar terbuat dari cahaya di hadapan para malaikat yang mulia. Barangsiapa memberi seteguk air minum (pada hari Asyura), maka seakan-akan ia tidak pernah bermaksiat kepada Allah sekejap pun. Barangsiapa mengenyangkan keluarga orang-orang miskin pada hari Asyura’, maka ia akan berjalan di atas ash-shiroth (jembatan yang terbentang di atas neraka Jahannam menuju surga, pent) secepat kilat. Barangsiapa bersedekah dengan suatu sedekah pada hari Asyura’, maka seakan-akan ia tidak pernah menolak seorang pun yang meminta-minta. Barangsiapa mandi pada hari Asyura’, maka ia tidak akan mengalami sakit apapun kecuali kematian. Barangsiapa memakai celak pada hari Asyura’ maka kedua matanya tidak akan mengalami sakit sepanjang tahun itu. Barangsiapa tangannya mengusap kepala anak yatim, maka seakan-akan ia ia telah berbuat baik kepada semua anak yatim. Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura’, maka ia diberi pahala 10.000 (sepuluh ribu) malaikat. Dan barangsiapa berpuasa pada hari Asyura’, ia akan diberi pahala 1000 (seribu) orang yang menunaikan haji dan umroh. Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura’, maka ia diberi pahala 1000 (seribu) orang yang mati syahid. Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura’ , maka ia diberi pahala tujuh lapis langit. Pada hari Asyura’ Allah menciptakan (tujuh lapis) langit dan bumi, gunung-gunung dan lautan, ‘Arsy, al-Qolam (pena), Lauhul Mahfuzh, dan malaikat Jibril. Pada hari Asyura’ Allah mengangkat nabi Isa, dan memberikan kerajaan kepada nabi Sulaiman. Hari Kiamat juga terjadi pada hari Asyura’. Dan barangsiapa menjenguk orang sakit pada hari Asyura’, maka seakan-akan ia telah menjenguk semua orang sakit dari keturunan nabi Adam.” (Dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitab Al-Maudhu’aat, bab fi dzikri Asyura’ II/200-201).

DERAJAT HADITS:

Hadits ini derajatnya PALSU (Maudhu’). Di dalam sanadnya terdapat seorang perowi yang bernama Ibnu Abi Az-Zinad.

Yahya bin Ma’in berkata tentangnya: “Dia tidak ada apa-apanya, dan haditsnya tidak dapat dijadikan hujjah. Dan nama Abu Az-Zinad adalah Abdullah bin Dzakwan. Sedangkan nama anaknya adalah Abdurrahman. Dahulu (Abdurrahman) Ibnu Mahdi tidak meriwayatkan hadits darinya.”

Imam Ahmad berkata tentangnya: “Dia seorang perowi yang mudhthorib haditsnya (perowi yang menyampaikan riwayat secara tidak akurat atau berbeda-beda, pent).”

Abu Hatim Ar-Rozi berkata tentangnya: “Dia tidak dapat dijadikan hujjah. Barangkali sebagian ahlul ahwa (atau ahli bid’ah) telah memasukkannya di dalam haditsnya.”

Al-Hafizh Ibnu hajar Al-Asqolani berkata tentangnya: “Shoduq (orang jujur), hafalannya mengalami perubahan ketika ia datang ke kota Baghdad.” (Lihat Taqrib At-Tahdzib II/340 no.3861).

Dari pernyataan diatas jelas sekali bahwa hadits-hadits tentang puasa Asyura dan kemenangan serta sukacita yg terjadi pada hari Asyura adalah dhoif dan tak dapat digunakan sebagai hujjah.

Walaupun jika seandainya hadist-hadist tentang kemenangan dan keselamatan yang diperoleh oleh umat para nabi sebelum Rasulullah adalah benar, bukan berarti kita wajib juga bergembira karena kemenangan dan keseleamatan yang mereka peroleh, karena kita adalah umatnya Rasulullah saw, bukan umatnya nabi-nabi yang lain, dan satu-satunya ketertundukan yang harus kita lakukan adalah ketertundukan kepada perintah dan larangan Rasulullah saw, dan satu-satunya orang yang wajib kita tiru adalah Rasulullah saw, kita akan bersedih jika Rasulullah bersedih, kita akan bergembira jika rasulullah saw bergermbira. dan pada bulan ini adalah bulan kesedihan, karena cucunda kesayangan Rasulullah saw syahid terbunuh oleh orang-orang yang mengaku sebagai umatnya Rasulullah saw.

MUHARRAM HARI KESEDIHAN RASULULLAH

Rasulullah telah bersedih bahkan pada saat beliau masih hidup dan Husain belum syahid

Syamsuddin Al-Zahabi, merupakan salah seorang ilmuan Ahlusunnah yang terbilang menulis di dalam kitab Tarikh Al-Islam:

Imam Ahmad di dalam Musnadnya mengatakan… Abdullah bin Naji daripada ayahnya, sesungguhnya beliau pergi bersama Ali dengan wadah air. Tatkala sampai di Nainawa (menghala ke Siffin), maka ia berkata: Ya Aba Abdillah, nanti sebentar. Aku berkata: Mengapa? ia berkata: Aku pernah bertemu Rasulullah dalam keadaan mata baginda menitiskan air mata. Baginda pun berkata kepadaku bahawa Jibrail telah berdiri di sisiku dan berkata bahawa Husain akan dibunuh di Shatt Al-Furat. Mahukah engkau mencium bau tanahnya? Aku menjawab: Iya. Maka baginda menggenggam tanah dan memberikannya kepadaku dan aku tidak dapat menahan air mataku dari mengalir…


Diriwayatkan daripada Anas bahawa Malaikat Hujan di hari Ummu Salamah (hari yang Rasulullah berada di rumahnya) meminta izin daripada Rasulullah untuk masuk. Kemudian baginda bersabda: Wahai Ummu Salamah, jagalah pintu agar tidak ada orang yang masuk. Ketika ini Al-Husain datang dan meluru ke pintu serta masuk ke dalam bilik. Al-Husain naik di atas belakan Nabi. Rasulullah (s.a.w) menciumnya dan Malaikat Hujan berkata: Apakah engkau kasih padanya? Baginda menjawab: Iya. Malaikat berkata: Sesungguhnya ummatmu akan membunuhnya setelah kewafatanmu. Aku akan perlihatkan tempat kesyahidannya jika kamu mau. Baginda berkata: Iya. Maka ia membawa baginda ke dataran atau tanah merah. Tsabit berkata: Kami memanggilnya sebagai Karbala.

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel